Dakhilul Hizab هه

Kamis, 19 Februari 2015

jempol tak bertulang

JEMPOL TAK BERTULANG

Pada mulanya saya enggan untuk menceritakan hal ini pada publik karena kejadian ini merupakan perjalanan spiritual seseorang yang mungkin sebagian orang menganggapnya fiktif belaka, dan ada pula yang mempercayainya, tetapi terlepas dari keduanya,saya yakin pastinya ada pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini.
Beberapa hari yang lalu ada sebuah fenomena yang jarang sekali orang menemui hal semacam itu. Bahkan untuk mendapatkan moment langka tersebut seseorang harus mempunyai niatan, tujuan yang sangat benar tanpa adanya pamrih sedikit pun, melainkan hanya mengarapkan ridho-Nya, karena yang mampu menemukan atara hamba-Nya dan fenomena itu hanya Allah SWT semata, sehingga tidak heran jika ada seseorang yang sangat menginginkan dipertemukan malah tidak mendapatkan hasil sama sekali yang disebabkan niat yang tidak tulus.
Dihadapan Allah SWT status sosial, pangkat, jabatan, kekayaan, maupun keturunan bukanlah hal yang dipertimbangkan, akan tetapi kadar ketakwaan seseorang kepada Allah SWT lah yang membedakan di antara hamba-hambaNya. Semakin seseorang bertakwa maka Allah SWT akan semakin memperhatikan, menyayangi, semakin dekat dengan hamba-Nya dan memberikan yang hal terbaik baginya. Sehingga hanya untuk mempertemukan adalah hal yang sangat mudah untuk terjadi.
Kisah ini dimulai dari percakapan seorang ayah dengan anaknya melalui handphone, mengigat jarak antara tempat tinggal si ayah memang agak jauh sekitar ±90 km, ayahnya memberikan kabar pada anaknya klo dirinya sakit dirawat RS setempat, sedang ibunya sendirian merawat si ayah,
Ayah      : “leee!, ni ayah, ayah sekarang masuk rumah sakit, ayah harap kamu pulang menemani ibunmu merawat ayah! Gak perlu tergesa-gesa dijalan ayahmu sudah mendingan, klo disana masih hujan gak usah nekat pulang, nunggu terang!” disaat itu waktu menunjukan 16.00 dan masih hujan lebat.
Anak      : “iyya insya allah, yah”
Si anak masih menunggu hujan reda, sekitar jam setengah enam hujan mulai reda, dia tanpa berpikir panjang memutuskan untuk berangkat pada saat itu juga. Sempat juga ditawari jas hujan oleh temannya, tetapi dia menolaknya dan memilih tidak membawanya.
Dia pun mulai berangkat pulang, tetapi belum jauh dari tempat tinggalnya hujan mulai lebat kembali dan berteduh didepan ruko. Dia berguman didalam hatinya “waah klo trus begini kapan nyampai nie”.... akhirnya dia memutuskan untuk membeli jas hujan dan segera melanjutkan perjalan mengingat waktu semakin larut malam, dan dia memulai perjalanan kembali di bawah hujan yang sangat lebat pada saat ittu.
Untuk mempercepat perjalanannya dia memilih jalan alternatif yang baru-baru ini mulai dibuka untuk mengantisipasi kepadatan lalulintas, meskipun lebih cepat dan efektif tapi dia harus melalui jalan yang lumayan sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor, yaa maklum baru dibuka dan banyak yang belum tau jalan tersebut, terlebih disepanjang jalan, kanan kiriya masih berdiri tinggi tumbuhan ilalang dan tanaman tebu masyarakat sekitar.
Disaat dia memasuki jalan tersebut sekitar jam 20:00 lebih, sejauh mata memandang lampu dipinggiran jalan mati semua, mungkin ini karena derasnya hujan pada saat itu, ketika sampai separo jalan dari jalan alternatif tsb hujan pun reda, tidak sederas jalan yang sebelumnya. Disana dia mendapati seseorang yang berpakaian layaknya petani sedang menuntun motornya sendiran. Pada mulanya ia tidak menghiraukan orang tersebut karena memang sudah larut malam dan perjalan masih jauh sekali.
Akhirnya ia melewatinya begitu saja, sekitar 1 km dari TKP ternyata hujan mulai mengguyur begitu lebat. Dan dia berguman didalam hatinya “seandainya kamu di posisi dia, motornya rusak ditengah-tengah perkebunan yang jauh dari pemukiman warga, bagaimana perasaanmu pada saat itu?” akhirnya dia memutuskan kembali ketempat orang tersebut berada, sesampainya disana hujan reda kembali. Dan dia memberanikan seorang diri menawarkan bantuan kepada orang asing yang belum dikenal ditengah-tengah perkebunan yang begitu lebat nan sepi tanpa ada cahaya lampu pingir jalan, dan hanya satu sumber cahaya dari sorot lampu motornya.
Dia mengawalinya dengan perkataan yang santun “pak ada yang bisa saya bantu? Motornya kehabisan bensin yaa pak?” orang tersebut menjawab “gak naak, ini lho nyawanya hilang!” sekejap perasaan anak itu amburadul bercampur takut dan khawatir dengan kejadian yang baru saja terjadi, di menyangka didalam hatinya klo orang ini adalah hantu, tetapi dia memberanikan diri kembali untuk bertanya satu kali lagi. “pak ada yang bisa saya bantu? Motornya kehabisan bensin yaa pak?” lagi-lagi dia mendapat jawaban yang sama juga “gak naak, ini lho nyawanya hilang!”, mengetahui jawaban yang seperti itu ingin sekali dia segera membalik motor dan segera menghidupkan motor dan tancap gas meninggalkan pria tersebut, tetapi meskipun begitu didalam hatinya mencegah tindakan tersebut karena khawatir akan melukai perasaan pria tersebut.
Akhirnya ia memilih terdiam di samping pria tersebut, tiba-tiba muncul suara dari mulut pria tersebut dan berkata “gaak mas, ini lho nyaawanya hilang, businya mati jadi motornya gak bisa dihidupin lagi” mendengar pernyataan pria tersebut, akhirnya dia merasa lega dan takut pun hilang menjadi akrab dalam perbincangan diantara keduanya. Dirasa cukup dia mengakhiri dengan menawarkan diri membantu mendorong motornya sampai rumahnya, yang katanya dekat dari tempat itu. Tetapi pria tersebut menolak “sudah kamu lanjutkan perjalananmu, ini juga udah larut malam dan hati-hati semoga sampai tujuan dengan selamat”
Anak itupun mengakhiri perjumpaannya dengan berjabatan tangan dengan pria itu dan meminta restu serta doa agar tujuannya selama ini bisa tercapai. Anehnya ketika dia berjabat tangan dia merasakan hal yang berbeda dari kebiasaan orang pada umumnya. Ibu jari (jempol) tangan kanan pria tersebut terasa sangat empuk sekali seolah-olah tidak ada tulangnya sama sekali.
Hal semacam ini sepengetahuan saya dari buku-buku yang saya baca, merupakan ciri-ciri dari utusan Allah SWT yang dianugerahi hidup sampai sekarang dan menjadi guru bagi kekasih/auliya’allah dalam meniti kehidupam menuju kepada allah dengan syariat yang sesuai dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Melihat dari ciri dan keadaan suasana tersebut mungkin beliau adalah Nabi khidir AS yang menyamar menjadi seorang petani dan memberikan pernyataan nyleneh yang pada umumnya orang mendengar lari terbirit-birit. Yang mana beliau mencoba sejauh mana ketakwaan dan ketulusan seorang hamba atas ridho-Nya, yaaa moment ini senada ketika Allah SWT mempertemukan antara Nabi Musa AS dengan Nabi Khidir AS.
Kemudian dia pun berpamitan dan beranjak dari tempat itu, dan dibenaknya masih terheran-heran dengan kejadian yang barusan terjadi, dia juga berfikiran beliau adalah nabi khidir as, yang bercirikan jempolnya lunak tidak bertulang. Mengingat yang demikian ia pun segera tanjap gas dan tidak berani menoleh kebelakang lagi.
Selain dia beranggapan seperti itu dia juga bertanya-tanya didalam hatinya “kenapa disaat saya mencoba menghampiri pria itu hujan mereda? Dan sebaliknya, ketika mulai menjahui hujan semakin deras?”
Memang ini terbukti, ketika dia beranjak untuk meneruskan perjalanannya semakin menjauh dari pria tersebut intensitas hujan meningkat sedikit demi sedikit. Dan akhirnya dia memang diguyur hujan sepanjang perjalanan sampai rumahnya.

  • Kisah ini seakan hanyalah fiktif dan dugaan semata, tapi itulah yang terjadi dihadapan anak itu, benar tidaknya fenomena tersebut hanyalah Allah SWT yang mengetahui kebenarannya. Kita hanya bisa berkhusnudzon dan berharap hal yang demikian merupakan pertanda yang baik bagi anak tersebut. Dan bagi kita yang mengetahui cerita ini semoga termotivasi untuk lebih giat dalam mengabdi dan bertaqwa kepada Allah SWT dengan sepenuhnya. wa allahu a'lam bisshowab!